0
7 Modifikasi Unik Tubuh Suku-Suku Di Dunia - Meruncingkan Gigi , memperpanjang pendengaran , Bibir Piring , Gelang leher jerapah dan Tambal Hidung yakni kecantikan bagi suku mereka. Itulah mengapa modifikasi badan ini lebih banyak dilakukan oleh wanita daripada pria. Tapi apapun mode modifikasi badan ketika ini , semua itu telah dilakukan sebelumnya oleh suku-suku di seluruh dunia , seringkali selama ratusan tahun.

Berikut yakni 7 Modifikasi Unik Tubuh Suku - Suku Di Dunia :
Baca Juga 5 Orang Dengan Modifikasi Tubuh Paling Extreme di Dunia

1. Suku Mursi


Suku Mursi atau Murzu yakni penggembala ternak yang hidup nomaden di Ethiopia bersahabat dengan perbatasan Sudan , salah satu kawasan di negara itu yang paling terisolasi. Populasi suku Mursi ketika ini diperkirakan 6000 samapai 10.000. Para wanita suku mursi mengenakan piring yang dipakaikan pada bibir bawah mulutnya.

pemakaian piring ini yakni sebagai tanda bagi daya tahan , kedewasaan dan kecantikan diantara wanita suku mursi. Semakin besar dan bagus piring yang terselip di bibir , maka wanita tersebut semakin tinggi staminanya , semakin kaya dan semakin cantik. Bagaimana mereka makan dengan bibir ibarat itu? Yang terperinci di suku ini mungkin tidak mengenal cium bibir.

2. Suku Rikbaktsa


Rikbaktsa yakni kelompok etnis yang hidup di hutan hujan Amazon Brasil wilayah Mato Grosso. Mereka juga adakala disebut Orelhas de Pau (Telinga kayu) alasannya kebiasaan pria suku itu memakai serpihan kayu di pendengaran mereka semoga memanjang. Pemuda cowok tanggung Rikbaktsa akan menindik pendengaran mereka selama perayaan ritual pada usia 14 atau 15 tahun ketika mereka bisa berburu hewan besar dan tahu perihal upacara-upacara tradisional.

Ritual ini menandai transisi cowok itu menjadi remaja dan kelayakan untuk menikah dengan mengganti nama mereka ketika kecil menjadi nama remaja yang baru. Suku Rikbaktsa ketika ini hanya memiliki 909 anggota dan ritual perpanjangan pendengaran tidak diikuti lagi di kalangan pria muda.

3. Suku Dayak


Tradisi memanjangkan pendengaran dalam mode lain juga dilakukan oleh suku Dayak. Dan yang masih melakukannya hingga kini yakni suku Dayak Kenyah , Bahau dan Kayan di Kalimantan Timur. Di kalangan orang Dayak Kenyah , baik laki-laki maupun perempuan memiliki daun pendengaran yang sengaja dipanjangkan , akan tetapi panjangnya antara laki laki dan perempuan berbeda. Kaum laki-laki tidak boleh memanjangkan telinganya hingga melebihi bahunya , sedang kaum perempuan boleh memanjangkannya hingga sebatas dada.

Proses penindikan daun pendengaran ini sendiri dimulai semenjak masa kanak-kanak , yaitu semenjak berusia satu tahun. Kemudian setiap tahunnya mereka menambahkan satu buah anting atau subang perak. Anting atau subang perak yang dipakai pun berbeda-beda , gaya anting yang berbeda-beda ini menyampaikan perbedaan status dan jenis kelamin. Seperti misalnya kaum ningrat memiliki gaya anting sendiri yang tidak boleh dipakai oleh orang-orang biasa.

Sedangkan menurut penduduk Dayak Kenyah , pemanjangan daun pendengaran di kalangan masyarakat Dayak secara tradisional berfungsi sebagai penanda identitas kemanusiaan mereka. Di Abad 21 ini sudah sedikit masarakat Dayak yang masih memiliki daun pendengaran yang panjang , itupun kebanyakan para manula yang berusia di atas 60 tahun.

4. Suku Apatani


Arunachal Pradesh , salah satu dari Seven Sister , di timur laut India yang yakni kawasan terpencil namun kaya akan budaya budaya suku. Tradisi tradisi disana masih melekat dalam kehidupan sehari-hari ketika ini. Salah satu suku yang paling menarik yakni Apatani. Suku Apatani tinggal di lembah Ziro di negara adegan Arunachal Pradesh di India timur laut.

Wanita-wanita suku Apatani dianggap yakni wanita-wanita paling cantik di antara suku Arunachal. Sampai begitu cantiknya , sehingga mereka harus membuat diri mereka terlihat tidak menarik sebagai derma dari suku suku lain yang memperebutkan mereka. Oleh alasannya itu , wanita Apatani memakai colokan kayu besar di hidung mereka , namun tradisi ini tidak lagi dilakukan oleh generasi muda mereka. Saat ini suku apatani berjumlah sekitar 26.000.

5. Suku Kayan


Suku Kayan yakni etnis Tibet-Burman yang minoritas di Myanmar dan terkenal dengan kumparan kuningan yang perempuan suku tersebut pakai di leher mereka , memperpanjang mereka untuk proporsi yang tidak biasa. Karena konflik dengan rezim militer , suku Kayan banyak meninggalkan Myanmar di selesai 1980-an dan awal 1990-an dan hijrah ke Thailand , di mana leher panjang perempuan Kayan telah menjadi obyek wisata.

Kumparan/Gelang kuningan ditempatkan di sekitar leher anak perempuan ketika mereka berusia sekitar lima tahun. Setiap kumparan kemudian diganti dengan yang lebih panjang. Leher sesungguhnya tidak diperpanjang , namun lebih alasannya berat kumparan kuningan mendorong tulang selangka turun dan menekan tulang rusuk. Setelah dipakaikan di leher , kumparan tidak akan dilepas kecuali jikalau tiba saatnya untuk menggantinya dengan yang lebih panjang

Ketika ditanya perihal tujuan atau keuntungan dari modifikasi badan ibarat itu , balasan wanita Kayan akan mengacu pada alasan identitas budaya dan kecantikan. Para antropolog telah lama berspekulasi perihal tujuan yang sempurna dari kumparan kuningan ini. Dan muncullah teori teori mereka mengenai tujuan etika pemakaian kumparan kuningan ini :

semoga lebih menarik
semoga tidak menarik
semoga mencegah harimau untuk menerkam
semoga melambangkan naga (figur penting dari dongeng rakyat Kayan)

Dalam beberapa tahun terakhir , perempuan muda sudah mulai mengeluarkan gulungan.

6. Suku Bagobo


Meruncingkan gigi yakni bentuk modifikasi badan yang sangat menyakitkan dimana perempuan dari beberapa suku di Asia Selatan telah melakukannya selama bertahun-tahun. Hal hal ibarat ini dianggap yang paling utama ketika dianggap sebagai kecantikan. Para wanita suku Bagobo di Mindanao , pulau paling timur Filipina , harus menghabiskan banyak waktunya untuk meruncingkan giginya dengan cara dipahat dengan bambu dan kayu.

7. Suku Mentawai


Suku Mentawai yakni penghuni asli Kepulauan Mentawai. Sebagaimana suku Nias dan suku Enggano , mereka yakni pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di Kepulauan Nusantara sebelah barat. Daerah hunian warga Mentawai , selain di Mentawai juga di Kepulauan Pagai Utara dan Pagai Selatan. Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal bercocok tanam. Tradisi yang khas yakni penggunaan tato di sekujur badan , yang terkait dengan tugas dan status sosial penggunanya.Pakaian utama untuk pria yakni cawat dan mereka dihiasi dengan kalung dan bunga di rambut dan pendengaran mereka.

Wanita memakai hal yang sama kecuali mereka mengenakan sepotong kain yang dililitkan di sekitar pinggang. Wanita mengenakan rompi kecil dan mereka mempertajam gigi dengan sebuah alat pahat untuk alasan estetika yaitu membuat gigi terlihat ibarat ikan hiu. Tato dilakukan dengan jarum dan kayu yang menggedor jarum. Laki-laki berburu babi hutan , rusa dan primata. Perempuan dan bawah umur mengumpulkan ubi liar dan makanan dari hutan lainnya. Hewan-hewan kecil yang diburu oleh wanita. Suku Mentawai memelihara babi , anjing , kera dan adakala ayam sebagai hewan peliharaan.

Posting Komentar

 
Top